MENERIMA UANG
Akhir tahun 90an, kondisi perekonomianku betul-betul mengalami kesulitan karena salah dalam memilih cara berbisnis (usaha bersama) yang sangat tergantung dengan pihak lain. Tagihan terus menerus, tanggal 1 tiap bulannya saat yang lain senang karena menerima gaji, aku justru dilanda kecemasan karena harus melakukan cicilan hutang. Untuk makan siangpun aku kesulitan, padahal aku suami istri bekerja. satu-satunya jalan untuk menyambung dapur biar tetap mengebul, tiap pulang kantor sampai jam 22.00 aku teruskan dengan mengajar di lembaga-lembaga kursus/pelatihan dll. Tiap pintu diklat aku datangi, agar aku bisa mengajar disana (seperti pengamen keliling). Sepulang dari mengajar sambil bawa uang honor tersebut, aku belanjakan untuk beli tahu petis, martabak yang termurah yang kadang-kadang juga sate ayam untuk dimakan bersama anak istriku. Sangat bahagia keluargaku ditengah-tengah kesulitan ekonomi.
Pada era itu ada kejadian yang sangat membekas di hati. Hari Kamis di bulan Juli 1999 aku mendapat perintah dari Kepala Kantor Pelayanan Tanjung Emas untuk mengajar di Asosiasi pengusaha Jasa Kepabeanan, pesan kepala kantor agar saya menyampaikannya tidak perlu sampai mendalam. Hari Jum'at saya menceritakan tugas itu ke Kepala Kantor Wilayah Jateng dan DIY, beliau merespon positip dan menyetujui. Hari Minggu aku mengajar di tempat yang ditunjuk, selesai mengajar saya menerima uang honor mengajar, sekali lagi saya garis bawahi uang honor mengajar. Uang tersebut saya belanjakan oleh-oleh makanan di salah satu swalayan. Di toko swalayan itu saya ketemu kepala kantor yang juga sedang belanja sepulang dari Golf. Dia bertanya kepadaku darimana, saya jawab kalau saya baru saja selesai mengajar di Asosiasi, ternyata jawabanku itu membuatnya marah.
Esoknya saya di panggil di kantor, ditanya siapa yang memerintahkanku mengajar, aku jawab ini ada surat perintah bapak, dia diam, lalu bertanya lagi, aku terima uang apa tidak, saya jawab kalau saya menerima. Dikatakannya kalau aku salah karena menerima uang, meski aku jawab bahwa saya sekedar dan terbatas menerima uang honor mengajar, tetapi tetap disalahkan.
Hari selasa keesokan harinya saya dilaporkan ke kepala kantor wilayah Jateng dan DIY kalau saya telah menerima uang dan itu salah menurutnya. Untungnya sebelumnya saya juga sudah minta ijin ke Kepala kantor wilayah kalau saya ada tugas mengajar. Ternyata kepala kantor wilayah mengatakan itu tidak apa-apa, karena uangnya kan uang honor mengajar. dan saya juga menyampaikan bahwa uang yang saya terima adalah sebesar kewajaran penerimaan honor mengajar. Hanya sebatas itu.
Di hari berikutnya baru saya ketahui bahwa pada hari minggu itu, baru saja dia kalah taruhan di arena golf dengan orang yang mengundangku untuk mengajar, dan aku jadi pelampiasanya.Dan sejak itu saya senantiasa dicari kesalahannya, untungnnya saya tidak melakukan hal yang salah. Semoga Tuhan mengampuninya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar